Senin, 07 November 2016

5 ahli interpretasi citra visual

Interpretasi Citra Secara Visual Menurut para ahli :

  1. Vink
Menurut Lo (1976) interpretasi citra menurut Vink dilakukan dalam enam tahap yaitu a. Deteksi, b. Pengenalan dan identifikasi, c. Analisis, d. Deduksi, e. Klasifikasi, f. Idealisasi. Deteksi adalah penyadapan data secara selektif atas obyek (tampak langsung) dan elemen (tak tampak langsung) dari citra. Kemudian obyek tersebut dikenali, diidentifikasi dan diikuti oleh proses pemisahan dengan penarikan garis batas kelompok obyek atau elemen yang memiliki kesamaan wujud. Lalu dilakukan proses deduksi yang dilakukan berdasarkan asas konvergensi bukti untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu. Konvergensi bukti merupakan penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah ke satu titik simpul. Klasifikasi dilakukan untuk menyusun obyek dan elemen ke dalam sistem yang teratur. Tahap terakhir yaitu idealisasi atau penggambaran hasil dari interpretasi tersebut.
Hasil interpretasi citra sangat tergantung atas penafsir citra beserta tingkat referensinya. Tingkat referensi ialah keluasan dan kedalaman pengetahuan penafsir citra. Ada tiga tingkat referensi yaitu umum, lokal dan khusus. Tingkat referensi umum yaitu pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi. Tingkat referensi lokal ialah pengetahuan atau keakraban penafsir citra terhadap lingkungan setempat atau daerah yang diinterpretasi. Tingkat referensi khusus ialah pngetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang diinterpretasi.

  1. Lo
Dengan mendasarkan atas pendapat Vink maka Lo mengutarakan bahwa interpretasi citra dilakukan dengan tahap-tahap seperti dibawah ini :
1.       Deteksi
2.       Merumuskan identitas obyek dan elemen berdasarkaan karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan situs.
3.       Mencari arti melalui proses analisis dan deduksi
4.       Klasifikasi melalui serangkian keputusan, evaluasi, dsb., berdasarkan kriteria yang ada.
5.       Teorisasi : menyusun teori atau menggunakan teori yang ada pada disiplin yang bersangkutan
Pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan artinya pentingnya obyek dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan dsb digunakan untuk identifikasi obyek, sedang proses yang lebih rumit yaitu analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan yang berarti dalam proses yang kedua. Hasilnya berupa sebuah klasifikasi dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang diperoleh. Klasifikasi ini menuju kearah teorisasi. Teorisasi ialah penyususnan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Dengan demikian maka interpretasi citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan untuk memasukkan gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga diperoleh pola kelompok dan hubungan imbaldayanya.

  1. Roscoe
Roscoe (1960) menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian pekerjaan yang berupa:
1.       interpretasi awal,
2.       pembuatan peta kerja,
3.       pekerjaan medan,
4.       tinjauan kembali atas masalah dan metode,
5.       interpretasi akhir
6.       kesimpulan dan uji medan,
7.       penyajian akhir.
Pada interpretasi awal dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang skalanya lebih besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah dikenal ke arah yang lbih sukar dikenal. Setelah diamati pola umumnya, kemudian dikaji secara rinci unsur-unsur yang membentuk pola tersebut. Hasil interpretasi awal ini diwujudkan dalam peta kerja atau peta sementara.
Dengan menggunakan peta kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan dapat dilakukan lebih efisien. Pekerjaan medan terarah lebih baik dan pelaksanaanya lebih singkat. Kadang – kadang di medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan informasi baru yang diperoleh dengan pengamatan langsung.
Tinjauan atas masalah dan metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan untuk menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan metode yang dipilih. Bukan tidak mungkin akan timbul masalah baru yang memerlukan pengubahan metode yang digunakan.
Kemudian dilakukan interpretasi akhir, penarikan kesimpulan, dan kerangka laporannya disusun. Sebelum menulis laporan, bila kemungkinan lebih baik dating sekali lagi ke daerah penelitian untuk meyakinakan hal yang perlu diyakinkan atau untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
Penyajian hasil interpretasi dapat dilakukan antara lain dengan menyajikan gambaran dalam kaitan spasial yang jelas. Untuk maksud ini dapat digunakan  foto udara dan citra lainnya yang diberi notasi, mosaik foto, dan peta. Disamping itu, informasi yang terkumpul juga dapat menjadi kunci interpretasi citra.

  1. Umali
Menurut Umali (1983) interpretasi citra Landsat dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu :
1.       Tahap analisis citra
2.       Tahap interpretasi citra
3.       Tahap interpretasi disipliner terinci
Tiap wujud pada citra mula-mula tampak melalui rona dan atau warnanya. Penafsiran citra mulai dengan mendeteksi rona atau warna pada citra. Ia menarik garis batas bagi kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkannya dari yang lain. Pekerjaan ini oleh umali disebut analisis citra.
Pekerjaan selanjutnya disebut interpretasi citra. Pekerjaan ini terdiri dari pengenalan jenis obyek dan polanya. Pengenalan jenis obyek dilakukan dengan menggunakan unsur spasial seperti ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar pada citra tidak hanya dikenali jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau susunan keruangannya. Pola tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola bentang budaya, pola aliran, dan pola penggunaan lahan.
Pekerjaan pada tahap terakhir berupa pekerjaan intepretasi disipliner terinci. Jenis dan pola obyek yang tergambar paada citra diinterpretasi arti pentingnya sesuai dengan tujuan interpretasinya seperti misalnya untuk geologi, geomorfologi, penggunaan lahan, kehutanan, sumberdaya akuatik, lingkungan, pertanian, dan hidrologi.

5. estes et al

Estes et al (1983) mengartikan analisis citra sebagai keseluruhan pekerjaan interpretasi citra. Pengertian ini juga digunakan oleh Lillesand dan Kiefer (1979) oleh karena itu istilah di dalam penginderaan jauh dipelajari oleh para ilmuan dengan dpandang atau diartikan dengan lebih dari satu makna.
Lebih dari sekedar istilah, bidang keahlian yang beraneka sering terbawa ke dalam pemagaman penginderaan jauh. Oleh karena itu Estes et al berpendapat bahwa perlu ada kerangka kerja konsepsual atau pardigma bagi hal yang mendasar di dalam penginderaan jauh antara lain bagi asas interpretasi citra. Urgensi paradigma ini lebih terasa lagi setelah berkembangnya analisis digital data penginderaan jauh pada dua dasawarsa terakhir ini. Analisis digital seolah-olah terpisah sama sekali dari analisis manual. Tanpa ada hubungan sedikitpun. Sehubungan dengan ini maka Estes et al mengemukakan suatu paradigma analisis citra secara manual dan visual dan digital.
Pekerjaan analisis citra meliputi tiga : 1) deteksi dan identifikasi, 2) pengukuran, 3) pemecahan masalah. Mula-mula dilakukan deteksi dan pememberian obyek penting yang tergambar pada citra. Obyek itu kemudian diukur dengan cara manual atau menggunakan instrumen. Pengukuran ini dilakukan atas rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur, atau aspek lainnya. Pengukuran ini penting dalam uoaya pemecahan masalah. Pemecahan masalah dapat beraneka bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek melalui pengamatan obyek lain atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek satu persatu, pemecahan masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang telah diperoleh dari citra penginderaan jauh.
Baik dengan cara maunal maupun dengan cara digital, cara analisisnya mendasarkan atas unsur-unsur yang disebut unsur interpretasi citra. Berdasarkan unsur intterpretasi citra ini dilakukan analisis yang aturannya berbeda bagi cara manual dan cara yang bersifat  mempermudah dan atau mempertinggi hasil analisisnya.
Pengembangan hipotesis merupakan hal mendasar bagi ilmu pengetahuan. Hipotesis pada dasarnya berupa jawaban potensial terhadap suatu pertanyaan atau pemecahan terhadap suatu masalah. Hipotesis merupakan dugaan ilmiah. Dugaan ini dapat tepat dan dapat pula tidak tepat. Oleh karena itu hipotesis harus diuji. Didalam analisis citra, analisis menyusun hipotesis juga. Seorang analis citra menduga bahwa obyek yang tergambar pada citra dan sedang diamati misalnya berupa tanaman jagung atau daerah yang tergambar pada citra berupa daerah pertanian yang subur.
Garis penalaran ialah pengembangan penalaran yang mengarah ke suatu kesimpulan. Satu garis penalaran yang pada dasarnya terdiri dari serangkaian pernyataan yang menggunakan “jika....maka....”. dengan mendasarkan atas penalaran, kita hapus satu persatu pernyataan-pernyataan tersebut, kecuali satu pernyataan yang paling mungkin terjadi. Sebagai contoh dapat dibuat  pernyataan berdasarkan pengamatan pada citra sebagai berikut :
-          Jika sawah terletak di daerah miring maka petak-petaknya berukuran kecil.
-          Jika sawah terletak di daerah padat penduduk maka petak-petaknya berukuran kecil.
Kalau sawah tersebut terletak di daerah datar dan petaknya berukuran sempit-sempit maka berarti pernyataan pertama ditolak. Kalau hanya ada dua pernyataan, berarti pernyataan kedualah yang diterima. Sawah yang terletak di daerah datar cenderung berukuran luas. Petak yang sempit-sempit mengisyaratkan pemilik yang berjumlah besar. Ini berarti daerahnya berpenduduk padat.
Analisis citra secara manual pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan didasarkan atas apa yang telah diketahui atau didasarkan atas sesuatu yang kebenarannya telah diterima secara umum. Sebagai contoh, bila suatu daerah banyak ditanami singkong maka kita dapat menyimpulkan  bahwa daerah  itu merupakan daerah tandus. Foto yang menyajikan gambaran sungai dengan bentuk meander mengisyaratkan daerah yang datar. Dua kesimpulan tersebut ditarik berdasarkan atas hal – hal yang kebenarannya telah diterima secara umum atau secara luas. Di samping itu, obyek yang mudah dikenali pada citra bersifat mengarahkan ke pengenalan obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra, digunakan lebih dari satu unsur yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti (converging evidence, convergence of evidence) yang dibincangkan lebih jauh pada bab VI.
Tentang analisis citra dan data bantunya akan dibincangkan pada bab VI, yaitu bersama dengan perbincangan tentang unsur interpretasi citra.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar