Jumat, 02 Desember 2016

INTERPRETASI CITRA (FOTO UDARA)

TUGAS INDERAJA KELAUTAN
NAMA : FRANCISKA TITALEY
NIM : 2014 64 020


IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI VISUAL OBYEK LIPUTAN LAHAN PANTAI PADA CITRA GOOGLE EARTH DENGAN KETINGGIAN MATA ANTARA 750-1000 METER DAN 4500-7000 METER

Ø  TUJUAN
1.                  Mengetahui penggunaan unsur dan teknik interpretasi citra visual
2.                  Mengetahui kenampakan obyek citra
3.                  Mengidentifikasi jenis dan macam obyek dengan teknik interpretasi citra visual
4.                  Mampu membedakan kenampakan dan karakteristik masing – masing obyek yang terekam dalam citra (foto udara)
5.                  Mengklasifikasikan obyek sesuai kenampakan obyek berdasarkan karakteristik dan level ketinggian mata

Ø  BAHAN

-          Foto citra satelit berbagai jenis dan skala ( ketinggian mata 761 m dan 4,03 km )
-          Google earth
-          Transparansi

Ø  DASAR TEORI
-          Mengenal obyek dari unsur – unsur interpretasi citra visual

Interpretasi fotogeomorfologi tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada karakteristik FU yang meliputi rona, tekstur, struktur, pola, ukuran, bentuk, site dan situasi. Kenampakan-kenampakan proses geomorfologi tertentu akan memberikan karakteristik yang khas pula pada FU. Tingkat pentorehan yyang bersifat kualitatif dapat dinyatakan dengan membandingkan kerapatan dan besar alur yang tampak pada FU, demikian pula dengan relief yang secara umum dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, pola, dan teksturnya. Interpretasi peta geologi menghasilkan informasi struktur geologi dan litologi, serta secara tidak langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat resistensi batuan, kaitannya dengan proses
 pelapukan dan erosi. Berdasarkan informasi struktur seperti dip-strike, kekar, sesar, dan lainnya, serta proses geomorfologi yang ada, maka dapat diperkirakan apakah suatu bentuk perbukitan termasuk tipe denudasional atau struktural-denudasional. Interpertasi sumberdata (FU, peta topografi dan peta geologi) menghasilkan peta satuan bentuk lahan sementara (tentatif). Berdasarkan peta tersebut kemudian dilakukan cek lapangan untuk mendapatkan data tambahan sekaligus mencocokkan tingkat kebenaran peta yang dibuat (control lapangan). data hasil cek lapangan dipakai untuk mengkoreksi dan membenahi peta tentatif satuan bentuklahan, sehingga dihasilkan peta satuan bentuklahan akhir. Secara stratified (strata bentuklahan), maka peta akhir tersebut dapat dipakai sebagai dasar pengamatan, pengukuran, pengambilan sampel dan analisis data fisik lahan tertentu sesuai tujuan penelitian, kaitannya dengan terapan geomorfologi untuk tujuan tertentu.
  

Ø  LANGKAH KERJA
-          Akulasi Data
1.      Data di ambil di daerah Desa Abubu , Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku
2.      Data citra visual yakni foto udara di ambil dengan ketinggian mata 761 m dan 4,03 km
3.      Data yang di ambil berupa :
·         Lautan
·         Hutan campuran
·         Garis jalan
·         Garis pasir pantai
·         Daerah mangrove
·         Daerah lamun
·         Karang

-          Interpretasi Data

Ketinggian 761 m



                                   
        

Ketinggian 4,03




UNSUR INTERPRETASI
no
RONA
UKURAN
TEKSTUR
POLA
BAYANGAN
1
sedikit berawan
761 m
1. lahan hutan campuran kasar
1. pemukiman teratur lurus
   -


2. lautan kasar
2. hutan campuran rapat



3 daerah mangrove sedang


2
tidak gelap
4,03 km
1. lahan hutan campuran kasar
1. hutan campuran sangat rapat
sedikit


2. lautan sedang




SITUS
ASOSIASI
DENTIFIKASI OBYEK
bentuk
pemukiman memanjang pada garis jalan
              -

tidakberaturan








1. hutan campuran sangat rapat/padat
dominan lautan
tidak jelas
tidakberaturan






Ø  PEMBAHASAN
Membandingkan skala besar dan skala kecil.
               
                Pada gambar citra visual ( foto udara ) dengan ketinggian 761m memiliki tampilan atau gambar citra sangat baik dan jelas. Karena gambar yang di rekam oleh citra mampu mengidentifikasi obyek yang ada pada suatu daerah tertentu. Misalnya : pemukiman, lautan, hutan, mangrove, dan juga karang.
                Sedangkan pada gambar citra visual ( foto udara ) dengan ketinggian 4,03 km memiliki citra gambar yang buruk dan tidak jelas ( kabur ). Gambar yang di hasilkan oleh citra visual dengan jarak ketinggian mata dengan jarak jauh tidak mampu mengel dan mengidentifikasi suatu obyek di bawah sehingga Gambar pemukiman sangat tidak jelas yang hanya dapat dilihat atau mampu di identifikasi oleh citra hanya hutan dan lautan.


Ø  KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan juga hasil citra visual ( foto udara ) yang di buat dapat dijelaskan bahwa semakin dekat citra dengan ketinggian mata maka gambar dan juga obyek yang akan di lihat semakin jelas sehingga mampu diidentifikasi.

                Citra dengan ketinggian mata jauh akan mempengaruhi gambaran obyek. Sehingga obyek yang akan di identifikasi tidak jelas ( buram ).








Tidak ada komentar:

Posting Komentar